SOLO – Ketua DPR RI Marzuki Alie, mengakui bahwa saat ini ada guru swasta yang masih menerima honor sebesar Rp200 ribu per bulan.
“Sungguh aneh, ada guru swasta yang masih menerima honor Rp200-300 ribu per bulan. Aneh di Negara Republik Indonesia ini,” tandas Marzuki Ali di depan Pengurus Besar Persatuan Guru Swasta Seluruh Indonesia (PGSI) di Pendapi Gede, Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu (4/2/2012).
Padahal upah buruh saja, lanjut Marzuki Ali yang juga Dewan Pembina PGSI, buruh yang tidak jelas pendidikannya, mungkin hanya SD, SMP ada Upah Minimum Regional (UMR).
“Kenapa guru tidak ada penghasilan minimal ? Itulah yang harus diperjuangankan oleh profesi guru,” tanyanya.
Kalau Kepala Daerah tidak memberikan santunan berupa honorarium dan sebagainya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan guru, kata Ketua DPR RI, DPRD-lah yang harus berperan.
“Kita musti berjuang agar minimal honorarium guru ditentukan oleh pemerintah, dan itu harus diperjuangkan oleh guru swasta,” ajak Marzuki Ali.
Pada kesempatan itu, dia mengingatkan, bahwa guru adalah tenaga profesi dan bukan pekerja. Tenaga profesi musti ada tunjangan profesi. Tetapi kenyataan sejauh ini tunjangan profesi masih terabaikan, terutama pada guru-guru swasta.
“Adalah tugas organisasi guru swasta seperti PGSI bagaimana memperjuangkan percepatan tunjangan profesi agar ditegakkan,” tandas Marzuki Ali
“Sungguh aneh, ada guru swasta yang masih menerima honor Rp200-300 ribu per bulan. Aneh di Negara Republik Indonesia ini,” tandas Marzuki Ali di depan Pengurus Besar Persatuan Guru Swasta Seluruh Indonesia (PGSI) di Pendapi Gede, Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu (4/2/2012).
Padahal upah buruh saja, lanjut Marzuki Ali yang juga Dewan Pembina PGSI, buruh yang tidak jelas pendidikannya, mungkin hanya SD, SMP ada Upah Minimum Regional (UMR).
“Kenapa guru tidak ada penghasilan minimal ? Itulah yang harus diperjuangankan oleh profesi guru,” tanyanya.
Kalau Kepala Daerah tidak memberikan santunan berupa honorarium dan sebagainya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan guru, kata Ketua DPR RI, DPRD-lah yang harus berperan.
“Kita musti berjuang agar minimal honorarium guru ditentukan oleh pemerintah, dan itu harus diperjuangkan oleh guru swasta,” ajak Marzuki Ali.
Pada kesempatan itu, dia mengingatkan, bahwa guru adalah tenaga profesi dan bukan pekerja. Tenaga profesi musti ada tunjangan profesi. Tetapi kenyataan sejauh ini tunjangan profesi masih terabaikan, terutama pada guru-guru swasta.
“Adalah tugas organisasi guru swasta seperti PGSI bagaimana memperjuangkan percepatan tunjangan profesi agar ditegakkan,” tandas Marzuki Ali
Sumber : meja bulatku blogspot
Komentar USR Blogger : Kadar tukaran RM1 = R2,972.11. Kalau R200,000.00 = RM67.29
Bersyukurlah para guru di Malaysia berbanding rakan sejawat di Indonesia kerana tanggagaji mereka yang tinggi dan lumayan serta pelbagai kemudahan yang disediakan oleh kerajaan sebagai penjawat awam selain keamanan dan keselamatan di tempat bertugas. Manakalah guru di sekolah swasta, tuisyen juga kadang jauh lebih tinggi gajinya dari guru di sekolah kerajaan. Marilah kita menzahirkan rasa kesyukuran dengan memberi khidmat terbaik sebagai arkitek bangsa kerana melalui tangan kitalah generasi pewaris dapat hidup lebih baik dan bermaruah pada masa hadapan
ini guru swasta,ala-ala guru kafa je ni...guru kerajaan berapa pulak....
ReplyDelete