Dalam suatu Hadits riwayat Bukhari
dan Muslim dari ibn Umar, Nabi bersabda:
“Saya
melihat mimpimu bersepakat menetapkan bahwa lailatul qadar pada tujuh yang
akhir. Маkа barangsiapa hendak mencari malam al qadar, carilah pada malam tujuh
yang akhir”.
Hadis Ibnu
Umar Nabi s.a.w bersabda:
“Barangsiapa mencari lailatul
qadar maka hendaklah dicari di malam dua puluh tujuh”
Diriwayatkan oleh Ahmad dari Ubadah
Ibn Shamit:
“Rasulullah
mengkhabarkan kepada kami tentang lailatul qadar. Beliau berkata: “Dia di dalam
bulan Ramadlan, di puluhan yang akhir, malam 21, atau malam 23, atau malam 25,
atau malam 27, atau malam 29, atau di akhir malam bulan Ramadlan. Barangsiapa
mengerjakan qiyam pada malam itu karena imannya kepada Allah dan karena
mengharap heridhaan-Nya, niscaya diampunilah dosanya yang telah lalu dan dosa
yang akan datang”.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari
‘Aisyah bahwa Rasulullah bersabda:
“Carilah
dengan segala daya-upaya malam al qadar di malam ganjil dari sepuluhan yang
akhir dari bulan Ramadan”.
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Ibn
Umar, bahwa Nabi s.a.w. bersabda:
“Carilah
lailatul qadar pada sepuluhan yang akhir; jika seseorang kamu lemah mencari,
maka janganlah kamu kalah dalam mencari pada tujuh yang akhir”.
Tujuh yang akhir ini ada yang
mengatakan mulai pada malam 23, karena mengingat bahwa bulan
Ramadan sering kurang. Ada yang mengatakan malam 24. ( Bergantung Ramadan 29
atau 30 hari)
Berkata Al Qurthubi: “Jumhur ulama
berpendapat, bahwa lailatul qadar itu pada malam 27, mengingat Hadits Nabi,
yang diriwayatkan oieh Ubai ibn Ka’ab, ujarnya:
“Saya
mendengar Rasulullah bersabda : Malam Al-qadar, adalah malam duapuluh tujuh”.
Dari kumpulan Hadits yang telah
disebutkan, dapatlah kita menetapkan bahwa lailatul qadar adalah pada suatu
malam dalam sepanjang tahun. Dia berulang-ulang saban tahun, dan dia
terletak pada puluhan yang akhir dari bulan Ramadlan, berpindah-pindah pada
malam yang ganjil. Hadits-hadis menggalakkan kita mencaharinya dengan
mengerjikan ibadat, karena ibadat pada malam itu mendapat pahala yang lebih
baik dari 1000 bulan, tanpa lailatul qadar.
A1 Hafidh Ibn Ha jar, menetapkan
bahwa pendapat yang paling kuat, ialah pendapat yang menetapkan bahwa lailatul
qadar di malam-malam yang ganjil dari puluhan yang akhir bulan Ramadlan.
No comments:
Post a Comment