Friday, July 26, 2013

Renungan Jumaat : Mencari Lailatul Qadar



Dalam suatu Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari ibn Umar, Nabi bersabda:

“Saya melihat mimpimu bersepakat menetapkan bahwa lailatul qadar pada tujuh yang akhir. Маkа barangsiapa hendak mencari malam al qadar, carilah pada malam tujuh yang akhir”.

Hadis Ibnu Umar Nabi s.a.w bersabda:
“Barangsiapa  mencari lailatul qadar  maka hendaklah dicari di malam dua puluh tujuh”

Diriwayatkan oleh Ahmad dari Ubadah Ibn Shamit:

“Rasulullah mengkhabarkan kepada kami tentang lailatul qadar. Beliau berkata: “Dia di dalam bulan Ramadlan, di puluhan yang akhir, malam 21, atau malam 23, atau malam 25, atau malam 27, atau malam 29, atau di akhir malam bulan Ramadlan. Barangsiapa mengerjakan qiyam pada malam itu karena imannya kepada Allah dan karena mengharap heridhaan-Nya, niscaya diampunilah dosanya yang telah lalu dan dosa yang akan datang”.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah bersabda:

“Carilah dengan segala daya-upaya malam al qadar di malam ganjil dari sepuluhan yang akhir dari bulan Ramadan”.
 
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Ibn Umar, bahwa Nabi s.a.w. bersabda:

“Carilah lailatul qadar pada sepuluhan yang akhir; jika seseorang kamu lemah mencari, maka janganlah kamu kalah dalam mencari pada tu­juh yang akhir”.

Tujuh yang akhir ini ada yang mengatakan mulai pada ma­lam 23, karena mengingat bahwa bulan Ramadan sering kurang. Ada yang mengatakan malam 24. ( Bergantung Ramadan 29 atau 30 hari)

Berkata Al Qurthubi: “Jumhur ulama berpendapat, bahwa lailatul qadar itu pada malam 27, mengingat Hadits Nabi, yang diriwayatkan oieh Ubai ibn Ka’ab, ujarnya:

“Saya mendengar Rasulullah bersabda : Malam Al-qadar, adalah malam duapuluh tujuh”.

Dari kumpulan Hadits yang telah disebutkan, dapatlah kita menetapkan bahwa lailatul qadar adalah pada suatu malam dalam sepanjang tahun. Dia berulang-ulang  saban tahun, dan dia terletak pada puluhan yang akhir dari bulan Ramadlan, berpindah-pindah pada malam yang ganjil. Hadits-hadis menggalakkan kita mencaharinya dengan mengerjikan ibadat, karena ibadat pada malam itu mendapat pahala yang lebih baik dari 1000 bulan, tanpa lailatul qadar.
A1 Hafidh Ibn Ha jar, menetapkan bahwa pendapat yang paling kuat, ialah pendapat yang menetapkan bahwa lailatul qadar di malam-malam yang ganjil dari puluhan yang akhir bulan Ramadlan.



No comments:

Post a Comment